
“Apa aku perlu jelaskan?” sahut Mas Anto padaku. “Santi, aku mau bilang bahwa aku menyukaimu.” “Kamu tiba-tiba membikinkan aku minuman hangat, padahal aku tidak menyuruhmu kan”, ucap Mas Anto sembari bangkit dari tempat duduknya. Saat aku hampir meninggalkan ruang tengah, kudengar Mas anto memanggilku. Aku yang telah menyiapkan segelas kopi susu panas menghampirinya. Mas Anto yang sedang duduk di sofa ruang tengah kulihat masih tak berhenti menyeka kepalanya sembari membuka bajunya yang rada basah. Aku bergegas menghampirinya dengan membawa handuk untuk menyeka tubuhnya.

Kulihat pemuda ini berlari menuju teras rumah. Sore ini cuaca memang sedang hujan meski tak seberapa lebat.

Tibalah aku memasuki bulan ke tujuh masa kerjaku. Apa benar yang dikatakan oleh Mas Anto bahwa ia mencintaiku? Bukankah dia anak majikanku yang tentunya orang kaya dan terhormat, sedangkan aku cuma seorang pembantu rumahtangga? Ah, pertanyaan itu selalu terngiang di benakku.

Kata-katanya itu yang hingga saat ini membuatku selalu gelisah. Pernah tidak kamu membayangkan jika suatu saat ada anak majikan mencintai pembantu rumahtangganya sendiri?” “Teman-teman Mas Anto di kampus kan lebih cantik-cantik, apalagi mereka kan orang-orang kaya dan pandai.” Pandangannya membuatku jadi salah tingkah. Entah kenapa tiba-tiba Mas Anto memandangiku dengan lembut. Sudahlah, aku bisa masak sendiri kalau hanya sekedar bikin mie seperti ini.”īelum juga habis ingatanku saat kami berdua sedang nonton televisi di ruang tengah, sedangkan Bapak dan Ibu Umar sedang tidak berada di rumah. Nanti kalau kamu kecapekan dan terus sakit, yang repot kan kita juga. Tidurlah, besok kamu harus bangun khan.”Īku hanya tertunduk tanpa bisa berbuat apa-apa. Dengan lirih dia berucap, “Kamu sudah capek seharian bekerja, Sarni. nggak apa-apa kok, Mas”, jawabku tersipu sembari menyalakan kompor gas. Tetapi yang terjadi Mas Anto justru berkata kepadaku, “Nggak usah, Sarni. Pernah suatu malam sekitar pukul 20.00, Mas anto hendak membikin mie instan di dapur, aku bergegas mengambil alih dengan alasan bahwa yang dilakukannya pada dasarnya adalah tugas dan kewajibanku untuk bisa melayani majikanku. Bahkan ketika naik mobil aku tidak diperbolehkan duduk di jok belakang, harus di sampingnya. Jika aku ke pasar, Mas Anto tak segan untuk mengantarkanku. Sepertinya ada sesuatu yang bergetar di hatiku. Mas Anto baik dan sopan terhadapku, hingga aku jadi aga segan bila berada di dekatnya. Dia masih kuliah di semester 4, sedangkan kedua kakaknya telah berkeluarga.

Mas Anto adalah anak bungsu keluarga Bapak umar. Namun akhir-akhir ini ada sesuatu yang mengganggu pikiranku, yakni tentang perlakuan anak majikanku Mas Anto terhadapku. Pantas saja jika Ibu umar berkata begitu terhadapku. “Jangan-jangan kamu nanti malah dijadikan wanita panggilan oleh para calo WTS yang tidak bertanggungjawab.” Itulah yang diucapkan beliau kepadaku.Ĭ – Usiaku memang masih 18 tahun dan terkadang aku sadar bahwa aku memang lumayan cantik, berbeda dengan para gadis desa di kampungku. Beliau tak tega melihatku luntang-lantung di kota besar ini. Ibu umar pernah berkata kepadaku bahwa beliau menerimaku menjadi pembantu rumahtangga dirumahnya lantaran usiaku yang relatif masih muda. Tetapi karena niatku untuk bekerja memang sudah tidak bisa ditahan lagi, akhirnya aku pergi ke kota jakarta, dan beruntung bisa memperoleh majikan yang baik dan bisa memperhatikan kesejahteraanku. Aku memang bukan seorang yang makan ilmu bertumpuk, hanya lulusan SD saja di kampungku. CERITA SEX-NGENTOT-PEMBANTU-SAAT-RUMAHKOSONG CERITA SEX – NGENTOT PEMBANTU SAAT RUMAH KOSONG || ĬERITA SEX – NGENTOT PEMBANTU SAAT RUMAH KOSONG– Lima bulan sudah aku bekerja sebagai seorang pembantu rumah tangga di keluarga Pak Umar dan aku memiliki Cerita Seks Ngentot Pembantu Lugu Ketika Rumah Kosong.
